Selasa, 17 Januari 2012

penyebab ca mamae

Apa yang menyebabkan kanker payudara?
Sel kanker merupakan sel yang mengalami pertumbuhan abnormal. Begitu juga dengan sel kanker payudara, sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab spesifik kanker payudara. Walaupun demikian, terdapat sejumlah faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, antara lain:
•    perubahan sifat pertumbuhan sel payudara menjadi ganas
•    tubuh gagal membangun sistem pertahanan tubuh
•    faktor gizi yang buruk pada makanan yang dimakan
•    penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengguna terapi estrogen replacement)
•    payudara yang sering diremas / dipencet
•    minum alkohol dan merokok
•    obesitas pada wanita setelah menopause: diet berpengaruh terhadap keganasan sel kanker
•    konsumsi lemak dan serat
•    radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas; tergantung dosis dan umur saat terkena paparan radiasi
•    faktor genetik dan riwayat keluarga (hubungan dengan gen tertentu)
Ada begitu banyak kemungkinan penyebab kanker payudara, dan mungkin saja perkembangan sel kanker tersebut dipicu oleh kombinasi beberapa faktor di atas. Yang bisa Anda lakukan adalah memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas dan selalu waspada. Lakukan pemeriksaan rutin terhadap payudara Anda untuk deteksi dini adanya kanker.

Kenali ciri-ciri kanker payudara
Sesuai namanya, kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh berkembangnya sel kanker di daerah payudara. Penyakit ini kebanyakan menyerang perempuan, tetapi laki-laki juga bisa terkena. Kangker payudara merupakan jenis penyakit kanker dengan jumlah penderita terbanyak nomor dua di dunia. Sedangkan dari tingkat kematian, jenis kangker ini menyebabkan kematian nomor lima terbesar di dunia.
Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu.
Berikut antara lain hal-hal yang harus Anda perhatikan yang merupakan gejala kanker payudara:
•    benjolan pada payudara anda berubah bentuk / ukuran
•    kulit payudara berubah warna: dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk
•    puting susu masuk ke dalam (retraksi)
•    salah satu puting susu tiba-tiba lepas / hilang
•    bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul
•    kulit payudara terasa seperti terbakar
•    payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, padahal Anda tidak menyusui
Tanda kanker payudara yang paling jelas adalah adanya borok (ulkus) pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara. Gejala lainnya adalah payudara sering berbau busuk dan mudah berdarah.
Sedangkan untuk gejala kanker payudara stadium lanjut, berikut adalah kutipan dari Wikipedia:
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
•    terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
•    adanya nodul satelit pada kulit payudara;
•    kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
•    terdapat model parasternal;
•    terdapat nodul supraklavikula;
•    adanya edema lengan;
•    adanya metastase jauh;
•    serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
http://kankerpayudara.org/info/gejala-kanker-payudara.html
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)
A.PENGERTIAN CARSINOMA MAMMAE

Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

B.PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut C. J. H. Van de Velde
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.
C.GAMBARAN KLINIK
Menurut William Godson III. M. D
1.Tanda carsinoma
Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2.Gejala carsinoma
Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.

E.PATOFISIOLOGI
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 ) ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)
Masalah keperawatan :
1.Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
2.Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
3.Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.
4.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae.
5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
6.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
7.Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.

G.FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
a.Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
 Provoking : Penyebab
 Quality : Kwalitas
 Region : Lokasi
 Severate : Skala
 Time : Waktu
b.Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
 Kinerja ( pekerjaan ) tanggung jawab peran
 Interaksi sosial
 Keuangan
 Aktifitas sehari – hari
 Kognitif / alam perasaan
 Unit keluarga ( respon anggota keluarga ) 2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan
Hal yang dikaji :
a.Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas
b.Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas
c.Identifikasi tahap perkembangan
C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh
C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis
C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kutan
C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang

3.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose jaringan
a.Kaji tanda radang
b.Kaji intake
c.Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara)
d.Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)

4.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae
Hal yang dikaji :
a.Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae
b.Kaji respon negatif verbal dan non verbal

5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
Hal yang dikaji :
a.Tingkat pendidikan
b.Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehatan
c.Perilaku kesehatan yang tidak tepat

6.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
Hal yang dikaji :
a.Kaji intake
b.Pantau berat badannya
c.Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )
d.Kaji mual dan muntah

7.Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan pengetahuan carsinoma dan pengobatan
Hal yang dikaji :
a.Kaji dan ukur tanda - tanda vital
b.Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik
c.Kaji tingkat pendidikanH.FOKUS INTERVENSI
Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae
1.Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)

Kriteria evaluasi :
Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi :
Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung, dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai pesanan.

2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, destruksi jaringan ( Doengos, 1993)

Kriteria evaluasi :
Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
Intervensi
Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae, tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi dibagian yang tidak sakit, kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik

3.Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)

Kriteria evaluasi
Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan
Intervensi
Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi, observasi integritas kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan, pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau kehijau – hijauan, hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus, observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri pembengkakan, atau adanya drainase purulenta, observasi kulit dan rawat kuku pada daerah yang sakit.

4.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)

Kriteria evaluasi
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup, evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae, izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.

5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan ( Daianlle Galle, 1995)

Kriteria evaluasi
Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma , pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan yang kemungkinan timbul dari efek samping
Intervensi
Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan pengobatannya , jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae, hindari janji – janji yang tidak mungkin, berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai.

6.Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )

Kriteria evaluasi
Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma
Intervensi
Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang lain

7.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi (Danielle galle, 1995 ) Kriteria evaluasi
Berat badan naik atau turun
Intervensi
Monitor untuk mekanan tiap hari, timbang badan tiap hari jika memungkinkan, jelaskan pentingnya nutrisi adekuat, observasi ulang makanan pantang dan kesukaan, manipulasi lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau, anjurkan makan porsi kecil dan sering, kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”
Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC

Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC

Theodore R. Schrock, M. D (1992), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D (1996), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr. Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

BAB II
PEMBAHASAN

“Robekan Jalan Lahir”

1.    Laserasi
Laserasi yang berarti robekan. Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama.  Pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas. Kerusakan biasanya lebih nyata pada wanita nulipara karena jaringan pada nulipara lebih padat dan resisten daripada waita multipara. Setiap wanita mempunyai kecenderungan yang berbeda-bedauntuk mengalami robekan,maksudnya jaringan lunak pada sebagian wanita kurang mampu menahan regangan. Penyebabnya bisa dikarenakan penyebab maternal mencakup :
a)    Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)
b)    Pasien tidak mampu berhenti mengejan
c)    Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
d)    Edema dan kerapuhan pada perineum
e)    Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
f)    Arcus pubis sempit dengan pitu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior
g)    Peluasan episiotomi
Sedangkan faktor janin adalah :
a.    Bayi yang besar
b.    Posisi kepala yang abnormal,misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
c.    Kelahiran bokong
d.    Ekstraksi forceps yang sukar
e.    Dystocia bahu
f.    Anomali kongenital,seperti hidrocepalus





•    Klasifikasi  Laserasi Perineum

Robekan derajat pertama
Meliputi mukosa vagina, fourchette, dan kulit perineum tepat di bawahnya. Perbaikan, diperbaiki sesederhana mungkin. Tujuannya adalah merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan menghasilkan hemostatis

Robekan derajat kedua
Merupakan luka robekan yang lebih dalam,terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai corpus perineum. Biasanya robekan meluas ke atas di sepanjang mukosa vagina dan jaringan submukosa. Keadaan ini menimbulkan luka laserasi yang berentuk segitiga ganda dengan dasar pada fourchette. Perbaikan, jahitan menerus maupun jahitan simpul, otot-otot yang dalam pada corpus perineum dijahit menjadi satu dengan jahita terputus, jahitan subcutis bersambung yang disimpul secara longgar menyatu kedua tepi kulit.

Robekan derajat ketiga
Robekan ini meluas sampai corpus perineum,m.tranversus perineus, dan spincter recti. Paa robekan partialis, yang robek hanyalah spincter recti, pada robekan yang total, spincter recti terpotong dan laserasi meluas sampai dinding anteriorrectum dengan jarak yang bervariasi.

Robekan derajat keempat
Robekan sampai mencapai dinding rektum anterior.

•    Laserasi Pada bagian Atas Vagina
Laserasi ini dapat terjadi pada kelahiran spontan tetapi lebih sering pada kelahiran dengan pembedahan dan menyertai berbagai keadaan. Faktor predisposisi mencakup anomali kongenital vagina, vagina yang kecil atau infantil, menurunnya elastisitas jaringan pada primigravida lanjut-usia, jaringan parut yang terjadi sesudah pemakaian bahan kaustik untuk percobaan pengguguran, dan jaringan tak sehat yang mudah robek. Perbaikan, sebelum dimulai perbaikan plasenta harus dikeluarkan dan preparat oksitosik diberikan. Operator harus yakin bahwa apex robekan sudah tercakup dalam jahitan, jika tidak perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah yang mengerut. Vagina harus ditampon secara ketat dengan gulungan kasa 5-yard. Gulungan tampon dikeluarkan dalam waktu 24 jam.

•    Laserasi Pada Cervix
Sebagai akibat dilatasi, laserasi superficial pada cervix hampir selalu ditemukan pada setiap persalinan. Keadaan iilah yang merupakan sebagian penyebab terjadinya pengeluaran lendir darah sebagai tanda persalinan ( bloody show ). Tempat-tempat yang paling sering mengalami laserasi adalah daerah cervix pada pukul 3.00 atau pukul 9.00.  Etiologi laserasi dalam mencakup partus presipitatus, cervix yang kaku dan mempunyai jaringan parut, kelahiran anak yang dipaksakan lewat cervix yang belum membuka ,ekstraksi bokong dan bayi yang besar. Perbaikan, cervix dipaparkan dengan menggunakan spekulum vagina atau dengan retraktor. Forceps cincin ditempatkan pada masing-masing sisi laserasi. Harus diperhatikan cincin forceps tidak ikut terjahit. Jahitan pertama sebaiknya ditempatkan sedikit di atas puncak laserasi untuk menangkap setiap pembuluh darah yang mengerut. Kalau robekan sudah meluas ke dalam segmen bawah uteus atau ke dalam ligamentum latum, perbaikan tidak mungkin dilakukan dari bawah sehingga perlu dikerjakan laparotomi.

2.    Episiotomi

•    Pengertian
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki. (Jones Derek, 2002 : 77)
Episiotomi ialah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina (Bobak,Lowdermilk,Jensen,2005).
Episiotomi (perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang-keluar jalan-lahir sehingga memudahkan kelahiran anak (Harry Oxorn & William R. Forte,2010).
Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan melebarkan pintu vulva selama pelahiran ( Myles Textbook for midwife,edisi 14,2009).
Fielding Ould,1872,dokter ahli kebidanan pertama yang melaksanakan episiotomi. Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh karena itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Episiotomi dilakukan menggunakan sepasang gunting  khusus episiotomi, atau dengan pisau bedah. Ada dua tipe irisan: midline atau garis tengah, yang potongannya lurus ke bawah dengan anus atau mediolateral, yaitu agak rendah ke sudut. Irisan midline umum di Amerika. Di negara lain irisan mediolateral lebih populer.
Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan yang luas dan tidak beraturan pada daerah perineum. Keuntungan dilakukannya episiotomi, robeknya lebih mudah dijahit dan hasilnya lebih bagus. Sedangkan kerugiannya, ada kemungkinan terjadi robekan yang meluas sampai ke anus jika epsiotomi dalakukan tidak benar. Kemunginan lain adalah nyeri setelah melahirkan serta nyeri saat berhubungan intim.
Dahulu episiotomi dilakukan secara rutin, namun tidak lagi saat ini. Banyak dokter dan beberapa studi klinik yang menunjukan bahwa episiotomi dilakukan untuk menghindari luka parineum yang lebih parah, tidak lagi diperlukan saat ini. Selain itu, luka yang terjadi jadi lebih mudah sembuh secara alami dibandingkan luka akibat episiotomi. Namun, ada beberapa dokter yang masih tetap melakukan episiotomi setiap kali ia menolong persalinan. Pertimbangan apakah akan dilakukan episiotomi atau tidak, tentunya tergantung pada keadaan Anda dan janin pada saat itu. Percayalah bahwa dokter akan melakukan hal terbaik bagi Anda.
Adakah cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, agar pada saat proses melahirkan nanti terhindar dari episiotomi? jawabannya adalah ada yaitu dengan melakukan pijatan perineum pada 2 bulan terakhir menjelang persalinan atau latihan Kegel (terutama pada fase relaksasi) dapat menghindari episiotomi. Kadang digunakan kompres hangat untuk membantu perineum relaks. Ketika bayi akan keluar, dokter atau bidan akan menahan perineum dengan jari mereka.



•    Keuntungan bagi ibu
-    Luka insisi yang lurus (rata) lebih mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh dibanding luka laserasi yang compang-camping serta tidak terkendali.
-    Dengan melakukan episiotomi sebelum otot da fascia teregang berlebihan, kekuatan pada dasar panggul dapat dipertahankan dan insidensi prolapsus uteri, cystocele serta rectocele bisa dikurangi.
-    Struktur di sebelah depan maupun di sebelah belakang akan terlindungi. Dengan menambah ruang yang ada di sebelah posterior, peregangan dan kerusakan akan menjadi lebih kecil pada bagian anterior dinding vagina, kandung kemih, uretra dan pada jaringan periclitoris.
-    Robekan ke dalam rectum dapat dielakkan.

•    Keuntungan bagi anak
Episiotomi yang dilakukan pada saat yang tepat tidak hanya memudahkan kelahiran tetapi juga mengurangi penekanan kepala pada perineum sehingga membantu mencegah kerusakan otak.

•    Indikasi
    Profilaktik : untuk melindungi integritas dasar panggul
    Halangan kemajuan persalinan akibat perineum yang kaku :
a.    Jaringan perineum tebal dan sangat berotot
b.    Ada jaringan parut berkas operasi
c.    Ada berkas episiotomi yang sudah diperbaiki
    Untuk mengelakkan robekan yang tak teratur, termasuk robekan yang melebar ke dalam rectum
a.    Kalau perineumnya sempit, antara bagian belakag vagina dan bagian depan rectum hanya terdapat sedikit ruangan
b.    Pada keadaan laserasi yang lebar tidak akan bisa dihindari.
    Alasan fetal
a.    Bayi yang prematur dan lemah
b.    Bayi-bayi yang besar
c.    Posisi abnormal seperti occipitoposterior, presentasi muka dan presentasi bokong
d.    Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat janin da dilatasi perineum tidak dapat ditunggu.
e.    Kesejahteraan ibu dan janin terancam,untuk mempercepat persalinan tahap kedua
f.    Jika janin praterm dam ada kemungkinan terjadi perdarahan otak karena pembuluh darah rapuh
g.    Jika janin besar (lebih dari 4000 gram)
h.    Kebanyakan pada tindakan forcep dan persalinan sungsang (Pernoll,Benson,1987)

•    Waktu Insisi
Episiotomi merupakan insisi fourchette, otot superficial dan kulit perineum , serta dinding vagina posterior. Oleh karena itu , episiotomi dapat mempercepat kelahiran hanya jika bagian presentasi langsung bersentuhan dengan jaringan ini. Jika episiotomi dilakukan terlalu dini , hal tersebut akan gagal untuk mengeluarkan bagian presentasi dan perdarahan dari pembuluh darah yang terpotong dapat terjadi. Selain itu, otot elevator ani yang tidak mendapat kesempatan untuk bergeser ke arah lateral juga dapat terinsisi. Jika dilakukan terlalu lambat, waktunya tidak akan cukup untuk menginfiltrasi anestetik lokal. Salah satu alasan dilakukannya episiotomi adalah juga jika robekan sudah terjadi.

•    Tipe insisi

Mediolateral. Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan ke arah posterior.  Garis ini dibuat untuk mengindari kerusakan sfingter anal dan kelenjar bartholin, tetapi lebih sulit untuk diperbaiki. Teknik, Insisi ini dimulai dari titik tengah fourchette dan diarahkan 45 dari garis tengah menuju titik tengah antara tubeositas iskia dan anus  panjang episiotomi rata-rata sekitar 4cm dan dapat mencapai jaringan lemak pada fossa ischiorectal. Namun jika dibandingkan dengan episiotomi medial, kehilangan darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit dan lebih nyeri.
Perbaikan, mukosa vagina diperbaiki mulai dari apeks luka dan membran mukosa serta jaringan penyangga yang ada dibaliknya disatukan. Jahitan mahkota dikerjakan dengan cermat pada tempatnya.fascia dan otot yang terpotong dirapatkan dengan jaringan terputus.
Median. Insisi ini merupakan insisi garis tengah yang mengikui garis alami insersi otot perineal. Insisi median berkaitan dengan perdarahan yang lebih sedikit, tetapi insiden kerusakan sfingter anal yang lebih tinggi. Teknik, dua buah jari tangan diletakkan dalam vagina antara kepala bayi dan perineum. Perineum ditekan ke arah luar menjauhi janiin untuk menghindari cidera pada bayi. Insisi dilakukan pada garis tengah dari fourchette hampir menyentuh tapi jangan sampai memotong serabut eksterna m.spincter ani. Potongan ini dikerjakan pada portio tendinosa sentralis korpus perineum. Keuntungan, bagian venter otot tidak terpotong, episiotomi mudah dilakukan dan mudah diperbaiki, hasil strukturalnya baik sekali, perdarahan lebih sedikit dibanding insisi lainnya, nyeri pascabedah sedikit, penyembuhan baik sekali di daerah bekas insisi. Kerugian, kalau luka insisi melebar ketika kepala bayi lahir, maka m. Spincter ani akan terobek dan robekan ini mengenai pula pada daerah rectum. Perbaikan,pertama-tama mukosa vagina dijahit. Prosedur penjahitan dimulai pada pucak luka insisi, jahitan pertama dilakukan sedikit di atas apeks luka untuk mengikutsertakan setiap pembuluh darah yang retraksi. Jahitan dikencangkan dengan membiarkan salah satu ujung catgut tetap panjang. Pinggir luka kemudian dirapatkan tapi jangan sampai terjadi strangulasi, dengan memakai jahitan menerus biasa atau jaitan simpul sehingga diyakini terjadi hemostatis. Seriap jahitan harus mengenai mukosa membran vagina dan jaringan antara vagina de ngan rectum. Jahitan kedua yang dibuat dekat dasar luka merupakan jahitan mahkota. Jarum melewati di bawah kulit cukup dalam untuk mengenai dan menyatukan ujung-ujung m.bulbocavernosus serta fascianya yang terpisah dan mengalami retraksi. Selanjutnya fascia dan m.tranvesus perineus dirapatkan pada garis tengah disebelah anterior rectum dengan tiga atau epat jahitan terputus.
•    Prosedur
Infiltrasi perineum. Perineum harus secara adekuat dianestesi sebeum insisi. Umumna yang banyak digunakan adalah lidokain ( lignokain ), baik 0,5% 10 ml ataupun 1%5ml . Keuntungan menggunakan larutan yang lebih pekat adalah bahwa jumlah yang diberikan lebih sedikit. Diperlukan 3- menit sampai efeknya muncul dan , jika mungkin, dua atau tiga kontraksi harus dibiarkan terjadi diantara infiltrasi dan insisi. Penentuan waktu tersebut  tidak selalu mudah untuk dilakukan, tetapi lebih baik meninfiltrasi dan tidak melakukan episiotomidaripada menginsisi perineum tanpaanestetik lokal yang positif.
Metode Infiltrasi. Perineum dibersihkan dengan cairan antiseptik. Dua jari dimasukkan kedalam vagina sepanjang garis insisi yang dituju untuk melindungi kepala janin. Jarum dinisersikan kebawah kulit sekitar 4-5 cm mengikuti garis yang sama. Piston spuit harus ditarik sebelum injeksi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada dalam pembuluh darah. Jika terdapat darah pada saat aspirasi , jarum harus diposisikan kembali dn prosedur diulang hingga tidak ada darah yang teraspirasi. Lidokain ( lignokain) secara kontinu diinjeksikan sambil secara perlahan menarik jarum ke luar. Sebagian praktisi menginjeksikan semua lidokain dalam satu operasi. Namun demikian, anestesia lebih efektif jika sepertiganya diberikan kepada injeksi berikutnya di kedua sisi insisi. Jarum harus diarahkan kembali tepat sebelum ujungnya ditarik.
Insisi. Sepasang gunting mayo yang berilah lurus dan berujung tumpul biasanya digunakan. Bilah harus tajam untuk memastikan insisi yang rapi. Beberapa praktisi lebih menggunakan skalpel untuk tujuan ini. Dua jari dimasukkan ke dalam vagina seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan bilah yang teruka diposisikan. Insisi terbaik dilakukan selama kontraksi saat jaringan meregang sehingga area tersebut dapat terlihat dengan jelas dan perdarahan cenderung jarang menjadi berat. Satu potongan sepanjang 4-5 cm secara hati-hti dibuat pada sudut yang benar. Kalahiran kepala harus terjadi segera sesudahnya dan kemajuannya harus dikendalikan untuk menghindari memanjangnya episiotomi. Jika terjadi perlambatan sebelum kepala muncul, tekanan harus diberikan pada sisi episiotomi diantara setiap kontraksi untuk meminimalkan perdarahan. Perdarahan pascapartum dapat terjadi dari sisi episiotomi, kecuali jika titik perdarahan dikompresi.

•    Perbaikan Perineum
Trauma sebaiknya diatasi sesegera mungkin setelah melahirkan untuk menjaga homeostasis an sebelum edema terbentuk. Akan lebih baik juga bila ibu menyelesaikan aspek asuhannya ini tanpa penundaan yang tidak perlu dan ketika jaringan masih dalam keadaan teranestesi. Sebelumnya, ibu harus dikondisikan sehangat dan senyaman mungkin. Posisi litotomi biasanya dipilih karena membuat daerah tersebut lebih jelas terlihat. Peralatan harus disiapkan sebelum tunki ibu diletakkan pada sanggurdi. Bidan mencuci tangan dan menggunkan apron steril dan sarung tangan steril. Perineum dibersihkan dengan larutan antiseptik yang hangat. Darah yang keluar dari uterus dapat menghalangi pandangan sehingga tampon vagina berplester dapat dimasukkan kedalam liang vagina. Insersi dan pengeluaran tampon tersebut harus didokumentasikan. Prosedur perbaikan harus dijeaskan kepada ibu. Traum spontan dapat terjadi pada labia anterior dan atau perineum posterior. Pemeriksaan secar perlahan dan menyeluruh harus dilakukan untuk menentukan apakah spesialis obstetrik yang harus melakukan perbaikan jika traumanya luas.
Robekan Labia Anterior. Bnyak diperdebatkan apakah robekan ini harus dijahit atau tidak. Kebanyakan perbaikan tersebut bergantung pada kontrol perdarahan karena bisa sangat bersifat vaskular. Jahitan diperlukan untuk menjaga homeostasis.
Trauma Perineal Posterior.  Robekan spontan biasanya diklasifikasikan dalam derajat yang berkaitan dengan struktur anatomi yang menalami trauma
Sebelum meakukan perbaikan , infiltrasi luka dengan anestetik lokal akan diperlukan. Lidokain 1% digunakan dan diperlukan sampai efeknya muncul sebelum memulai perbaikan. Jika blok epidural masih bekerja , dosis tambahan harus deiberikan.
Apeks insisi vagina diidentiikasi dan dinding vagina posterior diperbaiki dari apeks kearah bawah. Jahitan kontinu memberikan homeosasis yang lebih baik. Benang tidak boleh ditarik terlau kencang karna akan menimbulkan edema pada 24-48 jam pertama. Studi tebaru menunjukkan bhwa selama kerapatan jaringan baik , menjahit kulit perineum tidak pelu dilakukan dan menyebabkan ketidaknyamanan ibu meningkat.  Ateri jahian yang direkomendasikan adalah asam poliglikonat. Apapun pilihan materinya , ketika kulit akan dijahit , penjahitan tersebut harus dimulai dari fourchette sehingga lubang vagina terletak dengan tepat. Jika luka telah ditutup , adanya laserasi vulva harus diatasi . Robekan labia anterior lebih ering terjadi jika episiotomi dihindari.

•    Tindakan Pencegahan Episiotomi
Episiotomi dapat dihindari. Tindakan episiotomi tidak selalu diperlukan , dan ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan wanita menerima prosedur insisi bedah ini. Beberapa tindakan pencegahan berikut dapat anda coba:
1. Asupan nutrisi yang bergizi terutama nutrisi untuk kulit, karena kulit yang sehat dapat dengan mudah meregang semaksimal mungkin yang diperlukan.
2. Lakukan latihan Kegel atau latihan yang memperkuat otot-otot panggul anda
3. Diskusikan masalah episiotomi ini dengan dokter atau bidan anda, sehingga dapat dikaji kembali apakah anda memerlukan prosedur ini atau tidak.
4. Masase di area perineum (area antara vagina dan anus) selama masa hamil dapat membantu dan meningkatkan elastisitas kulit
5. Pada saat persalinan, mengejan dilakukan secara perlahan dan terkontrol, sesuaikan dengan irama napas anda. Hal ini membantu menyesuaikan dorongan bayi dari dalam dengan kesiapan jalan lahir untuk membuka lebih luas.
6. Kompres hangat, masase perineum, dan perineum yang ditopang selama proses persalinan dapat membantu kulit anda meregang dengan maksimal
Seperti prosedur medis lainnya, selalu ada plihan bagi anda untuk memberi dokter atau bidan anda melakukannya atau tidak. Adalah hak anda untuk mendapat penjelasan dan informasi serta pilihan-pilihan yang dapat dibuat berkaitan tindakan yang akan dilakukan pada tubuh anda.

3.    Ruptura Uteri



Merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya. Keadaan ini bertanggungjawab bagi 5 persen kematian ibu di Amerika Serikat serta Kanada, dam malah bahaya yang lebih besar lagi di negara-negara yang sedang berkembang.

•    Tipe-tipe Ruptura
a.    Ruptura bersifat total kalau semua lapisan uterus turut terkena dan ada hubungan langsung antara cavum uteri dan rongga abdomen. Jenis ini paling sering dijumpai.
b.    Ruptura partial yang mencakup keseluruhan miometrium, peritonium yang menutupi uterus tetap utuh
c.    Dapat terjadi jenis ketiga. Pada keadaan ini lapisan serosa dan bagian miometrium externa terobek tapi laserasi tidak sampai ke dalam cavun uteri. Perdarahan intraperitonialyang hebat dapat berlangsung tanpa terdiagnosis adanya keadaan tesebut.

•    Tempat dan Saat Ruptura
Robekan yang terjadi pada saat kehamilan lebih sering terdapat pada segmen atas uterus, yaitu pada tempat bekas cedera atau bekas operasi. Pada saat persalinan, ruptura biasanya terjadi pada segmen bawah. Semakin lama persalinan, semakin tipis segmen bawah dan semakin besar bahay terjadinya ruptura.
Robekan uteri dapat terjadi pada saat hamil, persalinan normal atau pada persalinan yang sulit, ataupun terjadi setelah persalinan. Robekan yang terjadi sebelum awal persalinan biasanya merupakan robekan jaringan cicatrix nekas sectio caecarea.


•    Klasifikasi
a.    Ruptura spontan uterus normal
Peristiwa ini terjadi pada saat persalinan, lebih sering terdapat pada segmen  bawah uterus, dan merupakan akibat salahnya penatalaksanaan serta kecerobohan. Faktor-faktor etiologinya mencakup :
-    Multiparitas
-    Disproporsi
-    Presentasi abnormal
-    Penggunaan oksitosin yang tidak tepat

b.    Ruptura Traumatik
Kejadian ini disebabkan oleh jaringan pervaginam yang dilangsungkan dengan tindakan yang pelaksanaannya jelek atau tanpa indikasi yang benar. Faktor etiologinya mencakup:
-    Versi-ekstraksi
-    Tindakan dengan forceps yang sukar
-    Ekstraksi bokong yang dipaksakan
-    Craniotomi
-    Dorongan yang berlebihan pada fundus uteri
-    Dilatasi cervix secara berlebihan

c.    Ruptura Post caesarea
Keadaan ini merupakan jenis ruptura yang paling sering dijumpai dewasa ini. Ruptura atas lebih sering mengalami ruptura daripada insisi segmen bawah.

d.    Ruptura Setelah Trauma yang bukan Sectio Caesarea
Bahaya pada keadaan ini adalah karena adanya cedera seringkali tidak diketahui, dan peristiwa tersebut terjadi secara tak terduga.

e.    Robekan tak berdarah yang tidak diketahui pada Jaringan Cicatrix bekas Sectio Caecarea
Keadaan ini merupakan komplikasi dari sectio caecarea pada segmen bawah uterus. Sebagian atau semua bekas insisi turut terbuka. Biasanya peritonium di atas jaringan parut tetap utuh.

•    Klasifikasi atas dasar klinis
a.    Ruptura tanpa gejala yang menyolok (silent atau quiet rupture). Peristiwa ini terjadi mula-mula tanpa keluhan dan gejala yang lazim. Tidak terjadi hal-hal yang dramatik, tetapi pemeriksa yang cernmat akan menemukan adanya kenaikan frekuensi denyut nadi, pucat dan mungkin pula sedikit perdarahan pervaginam. Pasien mengeluh nyeri.

b.    Jenis yang lazi terdapat : gambarannya timbul setelah jangka waktu beberapa jam. Keluhan dan gejalanya mencakup nyeri abdomen, vomitus, rasa mau pingsan, perdaraha pervaginam, denyut nadi yang cepat, pucat, nyeri tekan pada waktu palpasi, dan tidak  terdengarnya denyut jantung janin.


c.    Ruptura hebat : kejadian ini timbul begitu cepat sebagai peristiwa serius. Biasanya kontraksi rahim yang kuat diikuti perasaan seperti ada sesuatu yang akan pecah dan perasaan nyeri yang tajam pada bagian bawah abdomen. Sering kontraksi kemudian berhenti, terdapat perubahan sifat nyeri, dan pasien menjadi gelisah.
d.    Ruptura dengan diagnosis yang terlambat : di sini keadaannya tidak terdiagnosis sampai pasien berada dalam keadaan yang berangsur-angsur semakin jelek, adanya anemia yang tidak jelas sehingga pemeriksaan kurang seksama, terabanya hematoma pada ligamentum latum, timbulnya tanda-tanda iritasi peritoneum atau pasien jatuh ke dalam keadaa shock.

•    Tindakan
Tindakan harus segera dan sesuai dengan keadaan pasien. Laparotomi dikerjakan dan perdarahan secepat mungkin dikendalikan. Kompresi aorta merupakan tindakan yang berguna dalam mengurangi perdarahan sampai situasinya dapat dievaluasi.
Pada sebagian besar kasus, histerektomi totalis merupakan prosedur pilihan. Jika pasien berada dalam keadaan yang jelek, bisa dilaksanakan segera histerektomi subtotalis. Akan tetapi, bila robekan meluas hingga cervix, perdarahan tidak akan terkendali dengan histerektomi subtotalis. Pada kasus semacam itu, jika uterus tidak diangkat, cervix harus dijahit dengan cermat untuk mengikat semua titik perdarahan.
Pada wanita yang berusia muda dan pada wanita yang masih menginginkan tambahan anak, tindakan kita hanya terbatas pada perbaikan robekan. Tindakan ini hanya boleh dilakukan kalau muskulatur uterus dapat dibentuk kembali sehingga menjamin keberhasilan dan keamanan bagi kehamilan mendatang.
BAB III
PENUTUP

a.    Kesimpulan
Laserasi adalah robekan jalan lahir secara tidak sengaja, yang diklasifikasikan menjadi 4 derajat insisi, yaitu derajat pertama sampai dengan derajat keempat.
Episiotomi adalah insisi yang dibuat secara sengaja dalam menolong persalinan. Adapun macam-macam  episiotomi, yaitu episiotomi median ( garis tengah ), dan episiotomi mediolateral. Indikasi dilakukannya episiotomi utamanya adalah bayi terlalu besar, dan jalan lahir terlalu sempit. Kalaupun ada kelebihan dari episiotomi bagi ibu dan bayi namun sebisa mungkin episiotomi dihindari karena tidak termasuk gerakan sayang ibu.
Ruptura uteri atau robekan uterus adalah peristiwa yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Untuk itu penanganannya harus tepat dan cepat, agar bahaya kematian dapat terhindari.



Senin, 16 Januari 2012

MDG's

TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM / MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs-2015)


Tahun 1982 lahir ”Bruntland Report” yang berisi pesan-pesan pembangunan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab moral generasi sekarang untuk memperhatikan hak-hak generasi yang akan datang. Satu dekade kemudian PBB mengagas ”Agenda 21” yang merupakan hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil, dengan 21 agenda utama yang berfokus pada penghapusan kemiskinan, peningkatan peran perempuan dalam pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup. Konsep yang dihasilkan menjadi acuan yang diadopsi oleh banyak negara-negara berkembang dalam perencanaan pembangunan. Dalam kurun waktu tersebut banyak pula kejadian-kejadian luar biasa yang mempengaruhi kualitas pencapaian agenda-agenda yang telah ditetapkan, seperti penyebaran HIV/AIDS yang ”mendunia” melalui metode dan cara-cara yang diluar kesadaran mental manusia, mulai dari jarum suntik hingga transfusi darah yang tidak aman, peperangan diberbagai belahan dunia, serta krisis ekonomi di Asia Tenggara.

Akar persoalan seperti tingkat buta huruf yang masih rendah, kemiskinan dan sebagainya masih belum dapat diselesaikan karena belum adanya target kuantitatif yang menjadi acuan. Hal tersebut menjadi cikal bakal lahirnya ”Millenium Development Goals/MDGs” sebagai hasil kesepakatan dari 198 negara pada tahun 2000, dengan menetapkan target kuantitatif yang akan dicapai pada tahun 2015.
Konsep ini muncul dengan pemikiran bahwa ada beberapa hal yang membuat masyarakat menjadi tetap rentan (vulnerable) dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga ditetapkan delapan tujuan beserta target–target indikator yang diharapkan mampu membantu mereka keluar dari persoalan–persoalan yang sangat mendasar dalam keterbelakangan tersebut.

MGDs mengusung tiga tema sentral yaitu “human development, human security and human rights”. Kerangka MDGs sebenarnya hanyalah salah satu upaya untuk menyamakan visi global yang kemudian diterjemahkan kedalam aksi-aksi lokal pembangunan. Konsep MDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan kearah yang lebih adil bagi semua pihak. Bagi manusia dan lingkungan hidup, bagi laki-laki dan perempuan, bagi orang tua dan anak-anak, serta bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.











Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut mengadopsi kesepakatan MDGs juga menetapkan target-target pencapaian tujuan MDGs di tahun 2015 sebagai berikut :
1. Penghapusan kemiskinan;
•    Target 1 : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 perhari menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015
•    Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990–2015
2. Pencapaian pendidikan dasar untuk semua;
•    Target 3 : Memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar
3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
•    Target 4 : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
4. Penurunan angka kematian anak:
•    Target 5 : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara th 1990–2015
5. Meningkatkan kesehatan ibu;
•    Target 6 : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990–2015
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;
•    Target 7 : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDs dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015
•    Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah malaria dan penyakit lainnya

7. Menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan;
•    Target 9 : Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional
•    Target 10: Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada 2015
•    Target 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan

MDGs dan Pembangunan Daerah
Dari 8 tujuan tersebut ditetapkan 48 indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan tersebut. Sejak penetapannya pada tahun 2000, MDGs telah menjadi framework global dalam pembangunan dibeberapa sektor penting. Hal ini karena cakupannya yang komprehensif dan terukur, serta mampu menyamakan visi global untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pembangunan Milenium menetapkan tahun 2015 sebagai batas waktu pencapaian target-targetnya, dengan mengambil tahun 1990 sebagai baseline data kuantitatifnya. Untuk skala kabupaten, selain mengacu pada target pencapaian MDGs, pelaksanaan pembangunan juga mengacu pada target yang ditetapkan melalui Standar Pelayanan Minimum (SPM) setiap sektor baik yang ditetapkan secara nasional maupun melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Rencana Strategis Daerah (Renstrada), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten dan sebagainya untuk beberapa indikator yang berbeda.

Karena targetnya yang secara kuantitatif terukur data yang akurat menjadi kunci utama yang menggambarkan tingkat pencapaiannya. Kendala yang dihadapi didaerah adalah beberapa indikator tidak mempunyai data serial sejak tahun 1990 untuk perbandingan dengan target tahun 2015. Sehingga tidak diketahui secara pasti apakah indikator-indikator yang ditetapkan mengalami kemajuan atau kemunduran dalam perkembangannya. Tetapi melihat trend yang terjadi dalam dua dekade terakhir ini, ada indikator yang mencerminkan perkembangan yang positif seperti penurunan angka kematian ibu dan angka kematian balita, partisipasi sekolah, akses yang sama antara anak laki-laki dan perempuan terhadap kesempatan bersekolah. Ada pula indikator yang justru bergerak mundur, seperti menurunnya jumlah sumber air bersih yang aman dan berkelanjutan, meningkatnya pemakaian kayu bakar untuk bahan bakar rumah tangga, dan meningkatnya jumlah penduduk miskin, serta ada pula indikator yang stagnan seperti pemberantasan penyakit menular yang trend-nya muncul silih berganti. Kalau diera 90-an HIV/AIDS yang membuat masyarakat dunia khawatir, tetapi di akhir decade tersebut dan awal tahun 2000-an muncul peyakit viral yang lain seperti SARS kemudian Flu burung, malaria, DBD serta penyakit-penyakit tropis lain yang terabaikan seperti kusta (Indonesia masih urutan ketiga didunia setelah India dan Brazil), kaki gajah dan sebagainya.

Selama ini proses pengumpulan data pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, lingkungan hidup dan sebagainya dilakukan dengan cara sensus dan survei. Sensus tidak dapat dilakukan secara kontinyu setiap tahun karena keterbatasan dana serta hanya terbatas pada informasi-informasi dasar saja, sedangkan dengan cara survei umumnya hanya dapat menghasilkan rata-rata kabupaten, propinsi dan nasional. Rata-rata kabupaten yang dihasilkan kadang-kadang kurang representatif karena sampel yang tidak cukup besar sehingga data kurang mampu mewakili keadaaan yang sesungguhnya.
Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan banyak tanggung jawab pembangunan yang dialihkan kedaerah. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk membantu meningkatkan kapasitas daerah dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga pengalihan fungsi dan tanggung jawab tidak memperburuk kehidupan berbangsa tetapi daerah mampu menjadi pilar-pilar yang kuat untuk mendukung negara ini.

Perlu dipahami bahwa isu-isu yang ada dalam MDGs bukanlah hal baru. Persoalan-persoalan tersebut sebenarnya sudah ada dari dulu. Hanya konsep MDGs menyusunnya kembali secara struktural dan menetapkan target kuantitatif secara global kemudian diterjemahkan kedalam aksi-aksi yang bersifat lokal. Seperti dijelaskan di bagian awal bahwa ada banyak persoalan yang membuat orang miskin tidak mampu keluar dari kemiskinannya. Selama ini persoalan kemiskinan memberi peluang bagi setiap pihak yang memiliki tanggung jawab untuk mencari alasan untuk melepaskan tanggung jawabnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya indikator kemiskinan yang ditetapkan oleh banak pihak, menyebabkan data dapat dipermainkan sesuai kebutuhan, serta tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melihat apa akar persoalan. Contoh yang (buat saya) paling menarik adalah cara yang ditempuh peraih Nobel Prof. Muhammad Yunus dengan proyek Grameen-nya di Bangladesh. Salah satu kelemahan institusi ekonomi (bank) adalah tidak ada peluang bagi orang yang benar-benar miskin (yang tidak punya sesuatu untuk dijadikan agunan) untuk memperoleh kredit. Proyek ini justru sebaliknya, menargetkan kredit mikro pada masyarakat yang benar-benar miskin. Kemampuannya melihat akar persoalan secara riil dan benar-benar masuk kedalam kehidupan orang miskin membuatnya benar-benar tahu apa yang membuat orang sulit keluar dari kemiskinannya dan apa yang mesti diperbuat dengan kelompok masyarakat ini. Beliau memulainya dari kelompok yang paling kecil yaitu desa. Kelompok penduduk paling miskin didesa yang paling miskin.

MDGs seperti piramida terbalik yang memberi ruang bagi langkah-langkah kecil baik upaya individu maupun kelompok, yang mengandung visi global. Kalau satu rumah tangga bisa mengurangi pemakaian kayu bakar, maka dia memberi kontribusi terhadap upaya global memerangi pemanasan global. Kalau satu rumah tangga hemat menggunakan air bersih maka dia turut menjaga sumber air bersih yang aman dan berkelanjutan. Kalau satu rumah tangga bisa diangkat dari kemiskinan maka kita turut menjaga upaya global untuk mengeluarkan orang miskin dari kerentanan hidupnya.

Pemerintah kabupaten/kota sebagai bagian yang cukup kecil dari struktur pemerintahan nasional tentunya bisa membuat perencanaan yang lebih menyentuh ke akar persoalan dibandingkan pemerintah propinsi atau pemerintah pusat yang biasanya hanya mengkompilasi trend umum atau permukaannya saja. Sebagai pihak yang paling dekat dengan masyarakat tentunya harus lebih tahu akar persoalan pada kelompok-kelompok yang lebih kecil. Setiap daerah memiliki kondisi spesifik masing-masing yang berbeda dengan daerah lainnya. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota harus sensitif dalam melihat kondisi spesifik ini. Mungkin perilaku rentenir didaerah yang satu berbeda dengan rentenir didaerah lain. Sehingga ada daerah dimana masyarakatnya akan dengan mudah lepas dari keterikatannya pada rentenir ada pula daerah dimana masyarakatnya berlomba-lomba menjadi rentenir. Dikecamatan mana yang paling rentan, desa mana yang paling rentan, dan kelompok masyarakat mana dalam desa tersebut yang paling rentan terhadap sesuatu. Sekali lagi diperlukan sensitifitas yang tinggi dan tingkat komitmen yang paling tinggi yang tidak mendahulukan kepentingan apapun kecuali untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan prinsip human development, human security dan human rights.

gizi pada manula

 MENU SEHAT BAGI MANULA

Oleh : Sutrisno Koswara
Ebookpangan.com
Menjadi manula secara alami akan dialami oleh setiap orang. Prosesnya tidak dapat dihindari, dicegah atau ditolak, kecuali lagi mereka yang ditakdirkan meninggal pada usia muda. Kekuatan fisik dan daya tahan tubuh pada manula telah menurun, serta mekanisme kerja organ tubuh mulai terganggu. Kemunduran tersebut disebabkan oleh perubahan yang secara alami terjadi pada manula, antara lain : (1). besar otot berkurang, karena jumlah dan besar serabut otot berkurang, (2). metabolisme basal menurun, (3). kemampuan bernafas menurun karena elastisitas paru-paru berkurang, (4). kepadatan tulang menurun karena berkurangnya mineral, sehingga lebih mudah cidera, (5). sistem kekebalan tubuh menurun hingga peka terhadap penyakit dan alergi, (6). sistem pencernaan terganggu yang disebabkan antara lain oleh tanggalnya gigi, kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi kurang efisien dan gerakan peristaltik usus menurun, dan (7). indra pengecap dan pembau sudah kurang sensitif (kurang peka) yang menyebabkan selera makan menurun.
Di negara maju yang tergolong menula adalah orang yang berumur 51 tahun atau lebih. Sedangkan untuk di Indonesia, menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (1988) yang digolongkan manula adalah mereka yang berumur di atas 60 tahun. Dalam cakupan yang lebih luas, WHO menggunakan patokan pembagian umur usia lanjut sebagai berikut : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun; usia lanjut (elderly) usia 60 – 74 tahun; tua (old) usia 75 – 90 tahun; dan sangat tua (every old) di atas 90 tahun.
KEBUTUHAN GIZI MANULA
Masalah gizi yang dihadapi manula berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas fisiologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi manula yang secara alami memang sudah menurun. Dibandingkan dengan usia dewasa, kebutuhan gizi manula umumnya lebih rendah

karena adanya penurunnan metabolisme basal dan kemunduran lain seperti diuraikan di atas. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (LIPI, 1989) telah membuat angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula dalam sehari, seperti disajikan pada tabel 1.
Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15 sampai 20 persen. Hal ini terutama disebabkan berkurangnya massa otot. Disamping itu, aktivitas (kerja, olah raga) yang dilakukan oleh lanjut usia umumnya menurun.
Tabel 1. Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula dalam sehari Komposisi     Laki-laki     Perempuan
Energi (Kal)
Protein (gram)
Vitamin A (RE)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Asam folat (mikrogram)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Iodium (mikrogram)    

Kalori (energi) diperoleh dari lemak, karbohidrat dan protein masing-masing memberikan 9,4, 4,0 dan 4,0 Kal (kilo-kalori) per gramnya. Bagi manula komposisi energi sebaiknya 20 – 25 persen berasal dari protein, 20 persen berasal dari lemak dan sisanya dari karbohidrat.

Kebutuhan energi tiap orang berbeda-beda tergantung ukuran tubuh dan aktivitasnya. Umumnya orang dewasa membutuhkan sekitar 1000 sampai 2700 Kal per harinya. Sedangkan untuk manula membutuhkan energinya yaitu 1960 Kal untuk laki-laki dan 1700 Kal untuk manula wanita. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul kegemukan (obesitas), yang akan mempercepat timbulnya penyakit degeneratif. Sebaliknya bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
Protein
Kebutuhan protein bagi orang dewasa rata-rata ditetapkan sebesar 0,8 gram per kg berat badan per hari, dengan syarat nilai gizi proteinnya setara dengan telur. Umumnya bagi protein yang nilai gizinya lebih rendah dari telur, diperlukan jumlah yang lebih banyak. Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan.
Pada orang yang berusia lanjut, massa ototnya berkurang, sehingga total protein tubuhnya juga berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan pada orang tua efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerannya kurang efisien). Disamping itu, adanya stress (tekanan batin), penyakit infeksi, patah tulang dan lain lain penyakit, akan meningkatkan kebutuhan protein bagi manula. Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk manula sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12 - 14 persen dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30 persen atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40 persen dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosklerosis

(penyumbatan pembuluh darah ke arah jantung). Juga, dianjurkan 20 persen dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
Karbohidrat dan Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para manula adalah sembelit atau konstipasi (susah buang air besar) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembukan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi manula adalah sayuran, buah-buahan segar dan buji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.
Dianjurkan agar para manula mengurangi konsumsi gula-gula sederhana (gula pasir, sirup) dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh selain berfungsi sebagai sumber energi, juga sebagai sumber serat.
Banyak manula yang mengalami diare jika mengkonsumsi susu. Hal ini disebabkan dalam ususnya tidak terkandung enzim pencerna (laktosa), sehingga laktosa dicerna oleh mikroba usus besar dan menimbulkan diare. Produk-produk susu yang sudah difermentasi, misalnya yoghurt dan keju tidak dapat menimbulkan diare, karena sebagian besar laktosanya telah digunakan mikroba dalam proses fermentasi. Disamping sebagai sumber karbohidrat (laktosa) susu juga sangat penting sebagai sumber protein, vitamin dan mineral.
Vitamin dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya para manula kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasan, asam folat, vitamin C, D dan E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan,

khususnya buah-buahan dan sayuran. Sedangkan masalah kekurangan mineral yang paling banyak diderita manula adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
Kebutuhan vitamin dan meneral bagi manula menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.
Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringt dan urine), membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Orang dewasa dianjurkan minum sebanyak 2 sampai 2,5 liter per hari. Ketentuan ini berlaku pula pada manula (minum lebih dari 6 - 8 gelas per hari).
MENU HARIAN UNTUK MANULA
Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk manula yang sehat, menu sehari-hari hendaknya : (1). tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan manula. (2). bervariasi jenis makanan dan cara olahnya; (3). membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan, terutama pangan hewani); (4). membatasi konsumsi gula, dan minuman yang banyak mengandung gula; (5). menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan minuman alkohol; (6). cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan serealia) untuk menghindari sembekit atau konstipasi, dan (7). minuman yang cukup.
Susunan makanan sehari-hari untuk manula hendaknya tidak terlalu banyak menyimpang dari kebiasaan makan, serta disesuaikan dengan keadaan pisikologisnya. Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (lihat Tabel 1.), dan menu makannya dapat disesuaikan dengan ketersediaan dan kebiasaan makan tiap daerah.
Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep “empat sehat lima sempurna” atau konsep “gizi seimbang”. Sebagai contoh menu berdasarkan “empat sehat lima sempurna” terdiri atas kelompok makanan pangan pokok (utama) yaitu nasi (1 porsi = 200 gram), kelompok lauk pauk misalnya daging (1 potong = 50 gram) atau tahu (1 potong = 25 gram), kelompok sayuran misalnya sayur bayam (1 mangkok = 100 gram ), kelompok buah-buahan misalnya pepaya (1 potong = 100 gram) dan susu ( 1 gelas = 100 gram). Pola susunan makan manula dalam sehari berdasarkan empat sehat lima sempurna tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Masing-masing kelompok makanan tersebut dapat diganti atau ditukar sesuai dengan kebiasaan makan dan ketersediaan pangan di tempat (akan diuraikan kemudian).
Tabel 2. Pola susunan makanan manula dalam sehari Kelompok Makanan     Jenis Pangan
Per Porsi     Jumlah Porsi Per Hari
Laki-Laki     Perempuan
Bahan Pokok
Lauk pauk
Sayuran
Buah-buahan
Susu     Nasi
(1 prg = 200 g)
Daging
(1 ptg = 50 g)
Tahu
(1 ptg = 25 g)
Bayam
(1 mgk = 100 g)
Pepaya
(1 ptg = 100 g)
Skim
(1 gls = 100 g)     3

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI (1992)
Sedangkan berdasarkan konsep “gizi seimbang”, contoh menu manula dalam sehari disajikan pada Tabel 3. Menu ini disusun berdasarkan kecukupan energi dan gizi bagi manula.

Tabel 3. Menu untuk manula dalam sehari Waktu makan     Menu     Porsi
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam     Roti – telur
Susu
Papais
Nasi
Semur daging
Pepes tahu
Sayur bayam
Pisang
Kolak pisang
Mie baso
Pepaya     1 tangkep
1 gelas
2 bungkus
1 piring
1 potong
1 bungkus
1 mangkok
1 buah
1 mangkok
1 mangkok
1 buah
Sumber : Amini Nasoetion dan Dodik Briawan (1993)
Untuk menjaga menjaga agar menu harian tidak monoton, tetapi bervariasi, Tabel 4 menyajikan berbagai bahan makanan pengganti atau penukar bagi kelompok makanan yang telah disajikan pada Tabel 2 dan 3. Variasi dalam menu harian sangat diperlukan karena sangat menghindari rasa bosan dan baik bagi kelengkapan zat gizi (komplementasi zat gizi).
7
Tabel 4. Berbagai kelompok makanan pengganti/penukar Kelompok Makanan     Jenis Makanan
Sumber Karbohidrat     Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni
Sumber Protein Hewani     Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging
Sumber Protein Nabati     Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom
Buah-buahan     Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat
Sayuran     Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada
Makanan Jajanan     Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles
Susu     Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim
PERUBAHAN YANG DIALAMI MANULA
A. PENURUNAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUBUH
• Total air tubuh dan air dalam sel
• Massa protoplasmik
• Massa tulang dan rangka
• Massa otot
• Elastisitas kulit
• Komponen dalam darah (asam askorbat)

FUNGSI
• Circulatory and respiratory Basal metabolic rate (respirasi per menit, vital capacity, diffusing capacity of the lung, Cardiorespiratory performance during and after axercise)
• Renal blood flow
• Renal glomerular filtration unit
• Sistem hormon (estrogen, hormon steroid, glukosa toleransi, tyroid)
• Sensory (visual, teste treshold, auditory)

B. PENINGKATAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TUBUH
• Total body lipid
• Lemak intraselluler
• Skinfold thickness in some sites
• Body weight
• Blood komponen (lekosit, urea nitrogen, kreatinin, trigliserida, kholesterol, Alkalin fosfat, globulin)

FUNGSI
• Sistem peredaran darah dan respirasi (sistolic blood pressure, diastolic blood pressure, residual capacity of the lungs)

KEBUTUHAN NUTRISI MANULA
A. ENERGI

Penurunan aktivitas fisiologis dan fisik mengakibatkan penurunan kebutuhan energi pada manula, demikian pula dengan penurunan massa sel tubuh.
RDA untuk energi bagi manula wanita (51-75 tahun) adalah 1800 kkal (1400 – 2200 kkal) dan bagi laki-laki 2400 kkal (2000 – 2800 kkal). Untuk manula 75 tahun ke atas adalah 1600 kkal (1200-2000 kkal) untuk wanita dan 2050 kkal (1650 – 2450 kkal) untuk laki-laki.
B. PROTEIN

Fungsi : menyumbangkan asam amino dan N untuk menganti jaringan yang hilang. Kebutuhan untuk umur 51 tahun atau lebih : 0.8 g/kg bb/hari dengan catatan mutu proteinnya tinggi atau kisaran amannya adalah 0.9 – 1.2 g/kg bb/hari. Untuk protein dengan mutu sangat tinggi seperti telur dan susu maka kebutuhannya adalah 0.57 g/kg bb/hari untuk laki-laki dan 0.52 g/kg bb/hari untuk wanita.
C. LEMAK

Asam linoleat sebagai asam lemak esensial sangat diperlukan untukj kulit dan rambut yang sehat. Konsumsi lemak pada manula tidak boleh lebih dari 35 persen dari total energi yang diperlukan. Resiko aterosklerosis pada manula meningkat, sehingga perlu membatasi konsumsi kolesterol, lemak jenuh (hewani) dan meningkatkan konsumsi lemak nabati (vegetable oil seperti minyak kelapa dan minyak zaitun).
D. VITAMIN

Berfungsi sebagai ko-enzim bagi proses-proses metabolik, dibutuhkan dalam jumlah cukup untuk kesehatan mental, fisik dan emosi. Perlu diperhatikan adalah kemampuan untuk menyerap dan menggunakan vitamin menurun pada manula. Kebutuhan vitamin di dasarkan pada jumlah energi, protein dan nutrisi lain yang dikonsumsi, diserap dan dimetabolisir.
Vitamin B
Jika pola makan manula berubah, maka tiamin, riboflavin dan niasin dapat berkurang intakenya, yang mengakibatkan penurunan kada vitamin tersebut dalam darah. RDA untuk tiamin 1.2 mg bagi manula laki-laki dan 1 mg untuk manula wanita. Jika kekurangan riboflavin mengakibatkan gugup dan gangguan sistem peredaran darah. RDA untuk riboflavin 1.3 mg untuk laki-laki dan 1.2 mg untuk wanita. Sedangkan RDA niasin adalah 15 mg untuk laki-laki dan 13 mg untuk wanita.
Folat
Konversi folat menjadi asam folinat (bentuk aktifnya) berkurang karena penurunan vitamin C pada manula. Defisien folat menyebabkan dementia (lemah, apatis) dan megaloblacticred blood cells. RDA folat 400 mikrogram.
Vitamin B12
Vitamin B12 dapat kekurangan pada manula akibat penurunan penyerapan dan konsumsi obat-obatan (terutama obat penurun tekanan darah). Akibatnya adalah dementia dan bingung. RDA vitamin B12 3 mikrogram.
Vitamin C
Tampaknya kebutuhan vitamin C meningkat pada manula (resistensi jaringan menurun, mencegah infeksi dan masalah-masalah lain). Penyebab kekurangan antara lain pola makan dan konsumsi obat-obatan pernafasan dapat menghambat metabolisme vitamin C. RDA vitamin C 60 mg.
Vitamin A
Kandungan vit A dalam plasma manula umumnya meningkat. Karena vitamin A dapat disimpan dalam waktu yang lama, maka masih sulit dipastikan apakah intake vitamin A menyebabkan status vitamin A dalam plasma tersebut naik.
Kekurangan vitamin A menyebabkan gugup, penyakit pernafasan dan peredaran darah, penurunan elastisitas kulit dan penglihatan makin terasa.
RDA vitamin A 800 RE atau 4000 UI, 1 RE setara dengan 1 mikrogram retinol (vitamin A alkohol) atau 6 mikrogram beta-karoten.
Vitamin D dan E
RDA vitamin D 5 mikrogram sebagai kolekalsiferol (D3) atau 200 UI. Dalam ginjal dirubah menjadi bentuk aktifnya yaitu 25-hidroksi atau 1,25 hidroksi kole kalsiferol. Penurunan fungsi ginjal pada manula dapat menurunkan kemampuan ini.
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan dalam sistem biologis, yaitu dapat menurunkan radikal bebas dan kerusakan membran sel/jaringan. RDA vitamin E adalah 8 mg sebagai alfa tokoferol atau 12 UI untuk wanita dan 10 mg atau 15 UI untuk laki-laki. Jika banyak mengkonsumsi minyak dengan PUFA tinggi, maka kebutuhannya meningkat.
Meskipun suplementasi vitamin E populer, tapi belum ada kesimpulan pasti tentang pengaruhnya terhadap penurunan penyakit jantung, penurunan sterilitas atau meningkatkan aktivitas seksual atau atletik.
E. MINERAL

Mineral sangat penting bagi manula, karena kalium, natrium dan klorida adalah penting pada keseimbangan elektrolit tubuh. Obat-obatan yang dikonsumsi dapat menurunkan kadar kalium tubuh. Jika manula yang normalnya aktif, menjadi terlihat lemah, maka perlu perhatian terhadap keseimbangan elektrolitnya.
Kalsium
RDA kalsium 800 mg/hari untuk laku-laki dan wanita di atas 50 tahun. Jumlah kalsium yang dibutuhkan berhubungan dengan konsumsi posfat dan status vitamin D. Rasio Ca: P harus berkisar dari 1 : 2 sampai 1 : 1. Studi menunjukkan bahwa osteoporosis tidak akan berjalan dengan cepat pada manula yang mengkonsumsi kalsium tinggi yaitu sampai 1 g/hari.
Magnesium
RDA untuk magnesium adalah 300 mg untuk wanita dan 350 mg untuk laki-laki. Tidak ada bukti yang menunjukkan kebutuhan Mg
meningkat pada manula. Kehilangan cairan tubuh yang banyak, malabsorpsi dan penyakit hati dapat menyebabkan defisiensi. Tetapi karena umumnya magnesium banyak terdapat dalam bahan pangan, kekurangan magnesium jarang terjadi.
Posfor
RDA untuk P adalah 800 mg untuk wanita dan pria. Kekurangan jarang terjadi karena P banyak terdapat dalam bahan pangan.
Kalium
RDA yang direkomendasikan adalah 2.3 gram K per hari. Kekurangan kalium dapat disebabkan oleh banyak kehilangan cairan tubuh, luka, trauma dan terapi diuretik.
Besi
Kekurangan besi banyak terjadi pada manula karena penyerapan yang berkurang kemampuannya dan jumlah konsumsi yang berkurang. Akibatnya adalah kelelahan, perubahan tingkah laku dan anemia. RDA untuk wanita dan pria diatas 50 tahun adalah 10 mg/hari.
Seng
Diperlukan untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan tubuh. RDA adalah 15 mg. Senga banyak terdapat dalam bahan makanan, tetapi penurunan kemampuan penyerapan seng pada manula menyebabkan manula dapat kekurangan seng.

gangguan haid

BAB II
PEMBAHASAN
GANGGUAN HAID
Definisi :
Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal : panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium
Fisiologi haid normal
Kaidah-kaidah haid normal :
•    Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari
•    Estrogen dihasilkan oleh follikel & korpus luteum
•    Peningkatan Estrogen pada midsiklus → lonjakan LH → ovulasi
•    Progesteron dihasilkan hanya oleh korpus luteum
•    Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
•    Umur korpus luteum ±10-14 hr
•    Fase luteal/fase sekresi ±14 hr (hampir selalu tetap)
•    Fase folikulogenesis/Fase proliferasi variasi antara 7-21hr
Klasifikasi gangguan haid
Digolongkan dalam :
•    Kelainan panjang siklus (N=21-35hr):
o    Polimenore (sering) jika haid terjadi kurang 21 hari
o    Oligomenore (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari
o    Amenore (tidak haid) → jika haid tidak terjadi selama 3 bln berturut - turut
•    Kelainan banyaknya haid (Normalnya darah haid = ±80ml):
o    Hipermenore (banyak) jika darah haid lebih 80ml
o    Hipomenore (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml
•    Kelainan lama haid (Normalnya lama haid  3 – 7 hari):
o    Menoragi (memanjang) jika lama haid lebih 7 hari
o    Brakimenore (memendek) jika lama haid kurang dari 3 hari
•    Metroragi (jika haid terjadi diluar siklus normal)
•    Perdarahan bercak
o    Premenstrual spotting
o    Postmenstrual spotting
•    Perdarahan uterus disfungsional
•    Gangguan lain berhubungan dengan haid :
o    Metroragi (haid diluar siklus)
o    Dismenore (nyeri bila haid)
o    Premenstrual tension (ketegangan haid)





1
AMENOREA


Definisi:

Amenorea adalah keadaan tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Ada yang membagi berdasarkan amenorea fisiologik (prapubertas, hamil, laktasi, pasca menopause) dan amenorea patologik (amenorea primer, amenorea sekunder), dan ada yang menggolongkan menjadi amenorea primer, amenorea sekunder dan menopause.

1.    Amenorea primer
Amenorea primer menunjukkan suatu kelainan medis yang bermakna disebabkan oleh genetik, anatomik, atau endokrin yang mempunyai prevalensi 1-2 %. Hal ini terjadi pada usia 14 tahun dengan tidak adanya pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder (pertumbuhan payudara, rambut pubis dan rambut ketiak) atau pada usia 16 tahun yang telah tampak tanda-tanda kelamin sekunder, atau tidak haid selama 3 tahun setelah menarche.
2.    Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak haid lebih dari 6 bulan setelah kejadian haid sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh anatomik (jaringan parut endometrium oleh karena infeksi atau kuretase) dan yang paling sering disebabkan oleh anovulasi. Anovulasi ini disebabkan karena kegagalan ovarium dalam mensekresi estrogen dan progesteron berhubungan dengan banyak penyebab. Penyebab paling sering dari amenorea sekunder wanita pre-menopause adalah kehamilan dan diagnosis ini harus ditegakkan sebelum mencari penyebab lebih lanjut. Pada wanita dengan estrogen berlebihan yang sering disebabkan oleh sindroma ovarium polikistik (SOP). Pada wanita dengan estrogen yang rendah, kelainan hipotalamik (termasuk stress emosional, penyakit kambuhan, latihan fisik berlebihan atau perubahan berat badan) merupakan penyebab paling sering. Adenoma pituitari yang mengsekresi non prolaktin dapat juga mengakibatkan defisiensi gonadotropin dan amenorea. Pada wanita dengan penyakit autoimmune (diabetes mellitus tipe I, thyroiditis hashimoto atau penyakit Addison), kegagalan ovarium prematur perlu dipertimbangkan. Kegagalan ovarium prematur didiefinisikan sebagai amenorea sekunder, hypoestrogenemia, dan peningkatan gonadotropin sebelum umur 40 tahun. Kadar prolaktin meningkat pada 10-20% wanita dengan amenorea sekunder sehingga diperlukan pemeriksaan serum prolaktin pada semua kasus amenorea.

Sebab-sebab pada amenorea primer dan sekunder :


1. Gangguan organik pusat
2. Gangguan kejiwaan : syok emosional, psikosis, pseudosiesis (hamil palsu)
3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis: sindrom amenorea-galaktorea, sindrom Stein-Leventhal, amenorea hipotalamik
4. Gangguan hipofisis: sindrom Sheehan, penyakit Simmonds, tumor
5. Gangguan gonad : Kelainan kongenital, Menopause prematur, penghentian fungsi ovarium karena operasi,radiasi, radang dan sebagainya.
6. Gangguan glandula suprarenalis : Sindrom adrenogenital, Sindrom crushing, penyakit Addison
7. Gangguan glandula tiroidea : Hipotiroidea, hipertiroidea, kretinisme
8. Gangguan pankreas
9. Gangguan uterus dan vagina
10.Penyakit-penyakit umum





2
Rencana Pemeriksaan
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Harus diketahui, apakah amenorea primer atau skunder. Dihubungkan antara amenorea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan emosional; apakah ada kemungkinan kehamilan; apakah penderita menderita penyakit akut atau menahun; apakah ada gejala-gejala metabolik, dan lainnya

Sesudah itu dilakukan pemeriksaan fisik, seperti tinggi badan, berat badan, ciri-ciri kelamin skunder, hirsutisme. Lalu dilakukan pemeriksaan ginekologik untuk mengetahui adanya jenis ginatresi, adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya tumor, ovarium dan sebagainya.

Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas, dilakukan pemeriksaan berikut :
1.    Pemeriksaan foto rontgen thorak untuk TB pulmonem, dari sella tursika untuk mengetahui adanya perubahan dari sella tursika tersebut.
2.    Pemeriksaan sitologi vagina
3.    Tes toleransi glukosa
4.    Pemeriksaan mata
5.    Kerokan uterus
6.    Pemeriksaan metabolisme basal (T3 dan T4)
Pemeriksaan yang memerlukan fasilitas khusus :
1.    Laparaskopi, untuk mengetahui hipoplasia uteri, aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik
2.    Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita secara genetik seorang wanita
3.    Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel-sel guna mempelajari kromosom
4.    Pemeriksaan kadar hormon (T3, T4, FSH, LH, estrogen, prolaktin, 17-ketosteroid)

Tinjauan umum tentang Penanggulangan Amenorea
•    Tidak selalu memerlukan terapi, misalnya pada wanita berumur > 40 th dengan amenorea tanpa sebab yang mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan
•    Dalam kategori ini, yang memerlukan terapi adalah wanita-wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas, atau sangat terganggu dengan tidak datangnya haid.
•    Tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang.
•    Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
•    Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
•    Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenalis (Penyakit Addison laten)
•    Pemberian estrogen dan progesteron dapat menimbulkan perdarahan siklik, dan perdarahan ini bersifat withdrawal bleeding, bukan merupakan suatu haid yang didahului oleh ovulasi.





Penyakit yang dapat menyertai amenorea:

Kelainan Kejiwaan
1.    Psikosis: sering dijumpai bersama amenorea ialah penyakit yang disertai depresi.
2.    Anoreksia nervosa:Terutama ditemukan pada wanita muda yang menderita gangguan emosional yang cukup berat. Penanganan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli psikiatri. Jika berat badan bertambah, biasanya haid dapat kembali dalam 3 bulan.
3.    Pseudosiesis:adalah suatu keadaan dimana terdapat kumpulan tanda-tanda kehamilan pada seorang wanita yang tidak hamil. Diagnosis dibuat dengan menemukan uterus yang sebesar biasa pada pemeriksaan ginekologik dan tes hamil yang negatif.
Gangguan Poros Hipotalamus-Hipofisis
•    Sindrom amenorea galaktorea: ditemukan amenorea, dan pada mamma dapat dikeluarkan air susu. Dasarnya ialah gangguan endokrin berupa gangguan produksi releasing factor dengan akibat menurunnya kafar FSH dan LH dan gangguan produksi Prolacting Inhibiting Factor dengan akibat peningkatan pengeluaran prolaktin. Dapat ditemukan setelah kehamilan, disini masa laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasanya (sindrom Chiari Frommel).Dapat juga ditemukan pada tumor hipofisis yang memproduksi prolaktin (sindrom Forbes-Albright).
•    Sindrom Stein-Leventhal : terdiri dari amenorea, hirsutisme dan pembesaran polikistik ovarium.
•    Amenorea hipotalamik

Gangguan Hipofisis
1.    Insufisiensi hipofisis (Sindrom Sheehan dan Penyakit Simmonds).Gejalanya adalah amenorea, hilangnya laktasi, hipotiroidea, atrofi alat-alat genital dan sebagainya. Terapi terdiri atas pemberian hormon sebagai subsitusi, antara lain kortison, bubuk tiroid, dan sebagainya.
2.    Tumor Hipofisis
3.    Kelainan kongenital pada Hipofisis
Gangguan Gonad
•    Disgenesis/ Agenesis ovarii (Sindrom Turner): Trias klsiknya : infantilisme, webbed neck dan kubitus vagus. Penderita ini memiliki genitalia eksterna wanita dengan klitoris agaj membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita. Pola kromosom kebanyakan 45XO, pada sebagian dalam bentuk 45-XO/46-XX; pada sebagian dalam kelahiran bayi wanita. Selain trias, biasanya dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150cm, dada berbentuk perisai dengan puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aorta, batas rambut belakang yang rendah, ruas tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, anomali ginjal dan sebagainya.
•    Sindrom feminisasi Testikuler
•    Menopause prematur
•    Sindrom ovarium yang Tidak Peka (The insensitive ovary syndrome)
•    Tumor-tumor ovarium


Gangguan Glandula suprarenalis
1.    Sindrom Adrenogenital: bersifat kongenital, akan tetapi dapat tumbuh kemudian. Penyebabnya ialah hiperplasia adrenal. Biasanya bayi dengan sindrom ini adalah bayi wanita, dengan pembesaran klitoris dengan kadang-kadang hipospadia. Pada wanita yang lebih dewasa terdapat amenorea, klitoris membesar, atrofi mamma dan membesarnya suara.
2.    Sindrom Crushing: pembuatan hormon glandula suprarenalis yang berlebihan, terutama komponen kortikosteroid yang ada sangkut pautnya dengan metabolisme karbohidrat, protein dan elektrolit. Gejalanya ialah obesitas, moon face, amenorea, hirsutisme, osteoporosis, hipertensi, striae terutama pada dinding perut.
3.    Penyakit Addison
Gangguan Uterus dan vagina
1.    Sindrom Asherman: terjadi karena destruksi endometrium serta tumbuhnya sinekia pada dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum.
2.    Endometritis tuberkulosa: umumnya skunder pada penderita salpingitis tuberkulosa. Terapi yang kausal terhadap tuberkulosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.drdidispog.com/2008/08/amenorea.html#ixzz1JDTClxs8
Prof. R sulaiman Satrawinata, 1981, Ginekologi, Elstar offset, Bandung.
William F Rayburn, 1995, Obstetric dan Ginekologi, Widya Medika. Jakarta.